Bagaimana Merpati Pos Menemukan Jalan Kembali?

Bagaimana Cara Merpati Menemukan Jalan Pulang? - Mongabay.co.id

Bagaimana Merpati Pos Menemukan Jalan Kembali – Merpati pos (merpati pos) dikenal karena kemampuannya untuk kembali ke kandang, bahkan setelah dilepas dari jarak ribuan kilometer.Sebelum telegram ditemukan, merpati pos digunakan untuk mengirim pesan, termasuk oleh Julius Caesar yang memanfaatkan merpati untuk mengabarkan penaklukannya atas Gaul ke Roma sekitar 57 SM.

Merpati pos adalah varian dari spesies Columba livia domestica, salah satu dari 352 spesies dalam keluarga Columbidae menurut daftar The International Ornithological Committee (IOC).Saat ini, banyak merpati yang dibudidayakan untuk berbagai tujuan, termasuk lomba balap, hias, dan daging.

Kemampuan luar biasa merpati menarik perhatian para peneliti sejak lama. Merpati dapat menemukan jalan pulang dengan beberapa cara, dan dikenal sebagai hewan setia yang membesarkan anak-anaknya bersama. Jadi, penting bagi mereka untuk bisa kembali ke rumah setelah terbang jauh.

Sekitar lima puluh tahun yang lalu, para ahli menemukan bahwa beberapa hewan dapat merespons medan magnet bumi, sebuah kemampuan yang dikenal sebagai magnetoresepsi.Ini memungkinkan merpati menggunakan medan magnet sebagai kompas, terutama saat tidak bisa melihat matahari karena cuaca. Meskipun demikian, merpati masih memerlukan peta mental untuk menemukan jalan pulang.

Penelitian Merpati Pos

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa merpati menggunakan indra penciuman mereka untuk menandai lokasi saat jauh dari kandang. Dengan mengandalkan aroma yang dibawa angin, merpati seolah-olah menggambar peta dalam ingatannya. Mereka cenderung beralih ke navigasi visual saat sudah dekat dengan kandang. Merpati sepertinya menggabungkan berbagai informasi untuk menentukan arah terbaik.

Keterlibatan Indra penciuman dalam sistem navigasi ini terbukti ketika merpati kehilangan kemampuan mencium. Tanpa Indra tersebut, mereka akan bingung dan tidak tahu arah.

Misalnya, kawasan laut yang terbuka akan berbeda dari wilayah daratan yang kering.

Untuk lebih memahami fenomena ini, para peneliti baru-baru ini melakukan penelitian mendalam mengenai bagaimana medan magnet memengaruhi organ merpati. David Simpson dari Universitas Melbourne memimpin penelitian yang menyelidiki hubungan antara magnetoresepsi pada merpati pos dan gumpalan kecil kaya zat besi di telinga bagian dalam, menggunakan mikroskop magnetik yang inovatif.

Sebelum penelitian ini, terdapat dua teori utama yang menjelaskan mekanisme magnetoresepsi. Pertama, merpati pos dan burung migran lainnya diduga memiliki protein di retina yang disebut cryptochromes, yang memungkinkan mereka untuk mendeteksi medan magnet bumi. Kedua, teori lain menyatakan bahwa magnetoresepsi terjadi melalui gumpalan bahan magnetik di organ tertentu, seperti telinga bagian dalam merpati. Partikel logam kecil yang dikenal sebagai kutikulosom ini ternyata lebih halus daripada butiran pasir.

“Hasil kami menunjukkan bahwa sifat magnetik kutikulosom tidak cukup kuat untuk berfungsi sebagai magnetoreseptor berbasis partikel.

Scroll to Top